Masjid Cheng Ho, Masjid Unik di Surabaya
Surabaya yang terkenal dengan monumen sura dan baya atau ikan hiu dan buaya ini juga memiliki masjid unik sebagaimana masjid unik di Indonesia lainnya. Masjid Cheng Ho di Surabaya merupakan salah satu tempat wisata religi yang juga menunjukkan persatuan dan persaudaraan umat beragama.
Masjid yang terletak di seputaran Balaikota Surabaya tepatnya di Jalan Gading Nomor 2, Ketabang, Genteng ini mampu menarik perhatian banyak pengunjung. Tak hanya sekadar berkunjung dan berfoto-foto, Anda juga bisa istirahat sejenak dan salat di sana.
Sejarah
Masjid yang dibangun pada 2001 ini membutuhkan waktu kurang lebih satu tahun untuk rampung dengan apik. Peresmiannya dilakukan pada 13 Oktober 2002 dihadiri oleh berbagai lapisan masyarakat. Luas dari masjid ini kurang lebih 11×9 meter dengan luas tanah keseluruhan 21×11 meter. Dengan ukuran ini, masjid ini dapat menampung sekitar 200 orang jamaah.
Sebagaimana tujuan awal dari pembangunan masjid ini ialah untuk menghargai dan mengeratkan hubungan antarumat beragama, sekaligus sebagai perayaan kebhinekaan yang ke 16. Selain itu, masjid ini juga didirikan atas dasar penghormatan kepada Laksamana Cheng Ho yang telah menyebarkan agama Islam.
Laksamana Cheng Ho merupakan laksamana dari Tiongkok yang beragama Islam. Oleh sebab itu dipilihlah gaya bangunan yang menyerupai klenteng oleh arsitek dari masjid ini yaitu Ir. Abdul Aziz.
Keunikan Artsitektur
Dominasi dari warna merah dan kuning pada bangunan masjid membuat masjid ini memiliki aura yang sangat mendekati klenteng pada umumnya. Sementara itu dua warna lainnya yaitu biru dan hijau juga turut melengkapi warna di masjid ini. Hal ini sesuai dengan filosofi Tiongkok yang beranggapan bahwa keempat warna tersebut sebagai lambang kebahagiaan, kemahsyuran, harapan, serta kemakmuran.
Desain bangunan yang menampilkan atap tumpang sebagaimana ciri khas bangunan klenteng serta bermacam ukiran berwarna kuning keemasan pasti membuat orang mengira bangunan tersebut bukanlah masjid secara sekilas. Ukiran-ukiran atau relief pendukung lainnya berupa relief naga dan relief Laksamana Chen Ho lengkap dengan perahunya.
Penggunaan warna dan desain yang sangat Chinesse ini membuat suasana negeri tirai bambu makin terasa. Meski demikian, masih dapat ditemukan pula relief berupa kaligrafi berhuruf arab di dinding masjid.
Filosofi Tiongkok
Menurut Situs generasihijau.com Arsitektur yang menyerupai klenteng membuat masjid ini juga mengikuti pakem serta filosofi Tiongkok. Hal ini jelas terlihat dari penggunaan warna dinding serta ornamen lainnya. Kemudian atap susun yang merupakan ciri khas lain dari bangunan Tiongkok. Dari atap itu pula bisa dilihat bahwa jumlah sudutnya berjumlah delapan.
Menurut kepercayaan orang Tiongkok, angka 8 memiliki arti yang baik yaitu berupa keberuntungan. Selain itu, filosofi lain dari angka 8 juga bermakna sebagai sesuatu yang tidak berkesudahan atau kekal. Hal ini berbeda dengan angka lainnya yang memiliki sudut mati atau berhenti.
Dalam penggunaan warna juga tidak tanggung-tanggu karena hampir semua sudut termasuk barang-barang di masjid ini bernuansa merah, hijau, kuning dan biru. Ini termasuk warna dari karpet masjid yang melapisi lantai masjid ini.
Karpet yang digunakan di masjid ini berwarna hijau gelap dan juga tebal. Harga karpet masjid yang cukup tebal ini bisa berkisar di ratusan ribu bahkan bisa mendekati jutaan. Ini disesuaikan dengan ukuran dan bahan. Selain itu masjid ini juga dilengkapi dengan sajadah bermotif merah hijau.
Penggunaan Masjid
Meski bentuk bangunannya lebih mirip klenteng dengan atap susun bersegi delapan ini merupakan masjid yang aktif digunakan untuk ibadah harian oleh masyarakat. Pengunjung akan meningkat saat menjelang hari-hari besar Islam maupun bulan Ramadhan. Selain itu, pada hari-hari biasa juga cukup banyak pengunjung yang datang untuk berburu foto dengan latar masjid ini.
Masjid yang dikelilingi dengan kompleks pemukiman serta beberapa sekolah, kantor dan lembaga kursus ini kerap mengadakan kegiatan berupa pengajian maupun kajian. Selain itu, masjid ini juga dijadikan tempat berbagai kegiatan. Bermacam kegiatan sosial kerap dilakukan di masjid ini. Kegiatan tersebut seperti donor darah, danpembagian sembako.
Kegiatan ini dilakukan dalam rangka sosial sekaligus menyatakan persaudaraan antarmanusia tanpa memandang agama.Kegiatan-kegiatan sosial tersebut diadakan di lingkungan masjidsebagai salah satu wujud nyata dari persaudaraan antarumat manusia serta umat beragama. Ini merupakan aksi nyata dalam merangkul keberagaman.
Hal ini disesuaikan dengan tujuan awal dari pembangunan Masjid Cheng Ho Surabaya ini, yaitu untuk merayakan sekaligus menjaga kebhinekaan yang ada di Surabaya. Karena seperti yang kita tahu, Surabaya sebagai kota besar merupakan tempat berkumpulnya berbagai suku dan bangsa sehingga kita perlu menjaga perasaan saling menghargai dan menghormati.
Sebagai salah satu perwujudan sekaligus pengingatnya, maka didirikan masjid ini untuk digunakan secara bijak dan bersama-sama.